Bahasa dan Faktor Luar Bahsa Serta Klasifikasi Bahasa
NPM : 156210843
TUGAS KE : 2
MATA KULIAH : LINGUISTIK UMUMDOSEN : ERMAWATI S.SPd.M.A
Bahasa Dan Faktor Luar Bahasa
3.3.1 Masyarakat Bahasa
Masyarakat Bahasa adalah sekelompok
orang yang merasa menggunakan bahasa yang sama.
Masyarakat yang menggunakan dua bahasa contoh
menggunakan bahasa indonesia dan juga memakai bahasa daerah yang disebut bilingual.
Masyarakat yang menguasai lebih dari dua bahasa
disebut multilingual.
Karena
titik berat pengertian masyarakat bahasa pada “merasa menggunakan bahasa yang
sama”,maka konsep masyarakat bahasa dapat menjadi luas dan dapat menjadi
sempit.Masyarakat bahasa bisa melewati batas provinsi batas negara,bahkan juga
batas benua.Masyarakat bahasa Baduy dan masyarakat bahasa Osing ( di Jawa Timur
) tentu saja sangat sedikit atau sempit ; masyarakat bahasa Jawa dan masyarakat
bahasa Sunda tentu lebih luas; masyarakat indonesia tentu lebih luas lagi .
3.3.2 Variasi Dan Status Sosial Bahasa
Variasi bahasa dibedakan menjadi dua
yaitu variasi tinggi (T) dan rendah(R). Variasi tinggi digunakan saat dalam
situasi resmi ata formal.Variasi rendah digunakan dalam situasi yang tidak
resmi atau tidak formal .Variasi T dipelajari di sekolah-sekolah dan variasi R langsung dari
masyarakat umum.Ada nya pembedaan ini disebut masyarakat
diglosia.penamaan
variasi tergantung pada bhasa masing-masing.
Variasi Bahasa T dan R ini biasanya mempunyai nama yang
berlainan.Variasi R disebut DHIMOTIKI ;
variasi bahasa Arab T disebut AL-FUSHA dan
variasi bahasa Arab R disebut AD-DARIJ
; variasi bahasa Jerman Swiss T disebut SCHRIFTDRACHE dan variasi bahas Jerman
Swiss R disebut SCHWEIZERDEUTSCH.Dalam
bahasa indonesia variasi bahasa T barangkali,sama dengan ragam bahasa Indonesia
baku dan variasi bahasa R sama dengan ragam bahasa Indonesia non baku .
3.3.3 PENGUNAAN
BAHASA
Hymes (1974) seorang pakar
sosiolinguistik mengatakan , bahwa komunikasi menggunakan bahasa harus
memperhatiakan delapan unsur yang di akronimkan menjadi SPEAKING yakni :
(1) setting, and scene yaitu unsure yang berkenaan
dengan tempat dan waktu terjadinya
percakapan.
(2) Participants, yaitu orang yang terlibat dalam percakapan
(3) Ends ,yaitu maksud dan hasil percakapan.
(4) Artsequences,yaitu hal yang menunjuk hal dan bentuk percakapan.
(5) Key,yaitu yang menunjuk
kepada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan
(6) Instrumentalities ,yaitu yang menunjuk kepada jalur
percakapan:apakah
secara lisan atau tidak
(7) Norms, yaitu yang
menunjuk padanorma dan perilaku peserta percakapan
(8) Genders, yaitu yang menunjuk pada jalur
kategori
atau ragam bahasa yang di gunakan.
3.3.4 Kontak bahasa
Dalam masyarakat yang terbuka,
artinya yang para anggotanya dapat menerima kedatangan anggota dari masyarakat
lain, baik dari satu atau lebih dari satu masyarakat, akan terjadilah apa yang
disebut kontak bahasa. Bahasa dari masyarakat yang menerima kedatangan
akan saling mempengaruhi dengan bahasa dari masyarakat yang datang. Hal
yang sangat menonjol yang bisa terjadi dari adanya kontak bahasa ini adalah
terjadinya atau terdapatnya apa yang disebut bilingualisme dan multilingualisme
dengan berbagai macam kasusnya, seperti interferensi, integrasi, alihkode,
dan campurkode.
Indonesia adalah negara
multilingual.Selain bahasa Indonesia yang digunakan secara nasional,terdapat
pula ratusan bahasa daerah , besar maupun kecil.Orang yang hanya menguasai satu
bahasa disebut monolingual,unilingual,atau monoglot;yang menguasai dua bahasa
disebut bilingual;sedangkan yang menguasai lebih dari dua bahasa disebut
multilingual,plurilingual,atau poliglot
Dalam masyarakat bilingual atau
multilingual sebagai akibat adanya kontak bahasa (dan juga kontak budaya),dapat
terjadi peristiwa atau kasus yang disebut interferensi,integrasi,alihkode dan
campur kode .Keempat peristiwa ini gejalanya sama,yaitu adanya unsur bahasa
lain dalam bahsa yang digunakan ;
namun,konsep masalahnya tidak sama.
3.3.5 Bahasa Dan Budaya
Satu lagi yang menjadi objek kajian
linguistik makro adalah mengenai hubungan bahasa dengan budaya atau kebudayaan.
Dalam sejarah linguistik ada suatu hipotesisyang sangat terkenal mengenai
hubungan bahasa dengan kebudayaan ini. Hipotesis ini dikeluarkan oleh dua orang
pakar, yaitu Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf ( hipotesis Sapir- Whorf) yang
menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan atau bahasa itu mempengaruhi
cara berpikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Jadi bahasa itu
menguasai cara berpikir dan bertindak manusia. Apa yang dilakukan manusia
selalu dipengaruhi oleh sifat- sifat bahasanya.
Hipotesis Sapir-Whrof ini memang
tidak banyak diikuti orang ;tetapi hingga kini masih banyak dibicarakan orang ,
termasuk juga dalam kajian antropologi.Yang diikuti orang malah pendapat yang
merupakan kebalikan dari hipotesis Sapir –Whrof
itu, yaitu bahwa kebudayaanlah yang mempengaruhi bahasa .
3.4
Klasifikasi Bahasa
Klasifikasi dilakukan dengan melihat
kesamaan ciri yang ada pada setiap bahasa. Bahasa yang mempunyai kesamaan ciri
dimasukkan dalam satu kelompok. Menurut Greenberg (1957: 66) suatu klasifikasi
yang baik harus memenuhi persyaratan nonarbitrer, ekhaustik, dan unik.
Nonarbitrer maksudnya bahwa kriteria klasifikasi hanya harus ada satu kriteria,
maka hasilnya akan ekhaustik. klasifikasi bahasa dibagi jadi empat jenis,yaitu
klasifikasi genetic,klasifikasi tipolis,klasifikasi areal,klasifikasi sosio
linguistik.
Pendekatan genetis hanya melihat
garis keturunan bahasa itu;hasilnya disebut klasifikasi genetis atau
geneologis.Pendekatan tipologis menggunakan kesamaan-kesamaan tipologi,entah
fonologi,morfologi,maupun sintaksis untuk membuat klasifikasi.Hasilnya disebut klasifikasi
tipologis.Pendekatan areal mengggunakan pengaruh timbal balik antara satu
bahasa dengan bahasa lain untuk membuat klasifikasi.Hasilnya juga disebut
klasifikasi areal .Sedangkan pendekatan sosiolinguistik membuat klasifikasi
berdasarkan hubungan bahasa itu dengan keadaan masyarakat .Hasilnya disebut
klasifikasi sosiolinguistik.
3.4.1 Klasifikasi Genetis
Klasifikasi genetis disebut juga
klasifikasi geneologis, dilakukan berdasarkan garis keturunan bahasa- bahasa
itu. Artinya, suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua.
Menurut teori klasifikasi genetis ini, suatu bahasa proto ( bahasa tua, bahasa
semula) akan pecah dan menurunkan dua bahasa baru atau lebih. Lalu, bahasa
pecahan ini akan menurunkan pula bahasa- bahasa lain. Kemudian bahasa- bahasa
lain itu akan menurunkan lagi bahasa- bahasa pecahan berikutnya
Penemu teori ini A.Schleicher menamakan
teori ini batang pohon.Teori ini di temukan pada tahun 1866 kemudian di
lengkapi oleh J.Schmidt dalam tahun 1872 dengan teori gelombang .
BAHASA PROTO
A
![]() |
A1 A2 A3
![]() |
![]() |
![]() |
|||
A11 A12 A13 A21 A22 A31 A32
![]() |
![]() |
![]() |
|||
A111
A112 A211 A212
A213 A321 A322 A323
Berdasarkan kriteria bunyi dan arti yaitu atas
kesamaan bentuk (bunyi) dan makna yang dikandungnya. Bahasa- bahasa yang
memiliki sejumlah kesamaan seperti itu dianggap berasal dari bahasa asal atau
bahasa proto yang sama. Apa yang dilakukan dalam klasifikasi genetis ini
sebenarnya sama dengan teknik yang dilakukan dalam linguistik historis
komparatif, yaitu adanya korespondensi bentuk (bunyi) dan makna. Oleh karena
itu, klasifikasi genetis bisa dikatakan merupakan hasil pekerjaan linguistik
historis komparatif. Klasifikasi genetis juga menunjukkan bahwa perkembangan
bahasa- bahasa di dunia ini bersifat divergensif, yakni memecah dan menyebar
menjadi banyak, tetapi pada masa mendatang karena situasi politik dan
perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih, perkembangan yang
konvergensif tampaknya akan lebih mungkin dapat terjadi.
Sejau
ini , hasil klasifikasi yang telah dilakukan ,dan banyak diterima orang secara
umum adalah bahwa bahasa-bahasa yang ada
di dunia ini terbagi dalam sebelas rumpun besar.Kesebelas rumpun itu adalah :
1. Rumpun indo Eropa ,yakni
bahasa-bahasa German , Indo-Iran ,Amerika ,Baltik,Slavik,Roaman,Keltik,dan
Gaulis .
2.
Rumpun
Hamito-Semit atau Afro-Asiatik,yakni bahas-bahasa koptis,Berber,Kushid,Chad
yang termasuk dalm subrumpun Hamit;dan bahasa Arab ,Etiopik,dan Ibrani yang termasuk
subrumpun semit .
3.
Rumpun Chari-Nil,yakni
bahasa-bahasa Swahili,bantuk dan Khoisan.
4.
Rumpun
Dravida , yaitu bahasa-bahasa Telugu,Tamil,Kanari dan Malayalam.
5.
Rumpun
Austronesia (disebut juga melayu Polinesia),yaitu bahasa-bahasa Indonesia
(Melayu , ausrtonesia Barat),Melanesia,Mikronesia,dan Polinesia.
6.
Rumpun
Kaukasus
7.
Rumpun
finno-Ugris,yaitu bahasa-bahasa Hungar ,Lapis,dan Samoyid.
8.
Rumpun Paleo
Asiatis atau Hiperbolis , yaitu bahasa-bahasa yang terdapat di siberia Timur.
9.
Rumoun
Ural-Altai ,yaitu bahasa-bhasa Mongol, Manchu,Tungu,Turki,Korea,dan Jepag.
10.Rumpun Sino-Tibet,yakni
bahasa-bahsabYeneisei,Ostyak,Tibeto,Burma,dan Cina.
11.Rumpun bahasa-bahasa Indian,yakni
bahasa-bahasa
Eskimo,Aleut,Na-Dene,algonkin,Wakhsan,Hokan,Sioux,Penutio,Aztek-Taoan,dan sebagainya.
3.4.2 Klasifikasi Tipologis
Klasifikasi tipologis dilakukan
berdasarkan kesamaan tipe atau tipe- tipe yang terdapat pada sejumlah bahasa.
Tipe ini merupakan unsur tertentu yang dapat timbul berulang- ulang dalam suatu
bahasa. Klasifikasi tipologi ini dapat dilakukan pada semua tataran bahasa.
Maka hasil klasifikasinya dapat bermacam- macam, akibatnya menjadi bersifat
arbitrer karena tidak terikat oleh tipe tertentu.
Klasifikasi
pada tataran morfologi yang telah dilakukan pada abad XIX secara garis besar
dapat dibagi tiga kelompok, yaitu:
·
Kelompok
pertama adalah yang semata- mata menggunakan bentuk bahasa sebagai dasar
klasifikasi. ( klasifikasi morfologi oleh Fredrich Von Schlegel).Dia membagi
bahasa-bahasa dunia ini pada tahun 1808 menjai dua kelompok,yaitu kelompok
bahasa berafiks dan kelompok bahasa berfleksi.
·
Kelompok
kedua adalah yang menggunakan akar kata sebagai dasar klasifikasi ( oleh Franz
Bopp).Tokohnya antara lain ,Franz Bopp yang membagi bahasa-bahasa di dunia ini
atas bahasa yang mempunyai akar kata yang monosilabis,misalnya bahasa-bahasa
Indo Eropa dan bahasa Austronesia dan akar kata yang silabis dengan tiga
konsonan,seperti bahasa Arab dan Ibrani.
·
Kelompok
ketiga adalah yang menggunakan bentuk sintaksis sebagai dasar klasifikasi,
pakarnya antara lain H. Steinthal.Yang membagi bahasa-bahasa di dunia atas
bahasa yang berbentuk dan bahasa-bahasa yang tidak berbentuk
Pada abad XX
ada juga pakar klasifikasi morfologi dengan prinsip yang berbeda, misalnya yang dibuat Sapir
(1921) dan J. Greenberg (1954).Edward Sapir menggunkan tiga parameter untuk
mengklasifikasikan bahasa-bahasa yang ada di dunia ini .Ketiga parameter itu
adalah konsep-konsep gramatikal ,proses-proses gramatikal dan tingkat
penggabungan morfem dalam kata.
3.4.3 Klasifikasi Areal
Klasifikasi areal dilakukan
berdasarkan adanya hubungan timbal balik antara bahasa yang satu dengan bahasa
yang lain di dalam suatu areal atau wilayah, tanpa memperhatikan apakah bahasa
itu berkerabat secara genetik atau tidak.
Yang
terpenting adanya data pinjam-meminjam yang meliputi pinjaman bentuk dan
arti ; atau pinjaman bentuk saja,atau juga pinjaman arti saja.Pinjam-meminjam
ini karena kontak sejarah,bersifat historis dan konvergenesif.(pada klasifikasi
genetis bersifat divergenesif).
Klasifikasi ini bersifat arbitrer
karena dalam kontak sejarah bahasa- bahasa itu memberikan pengaruh timbal balik
dalam hal- hal tertentu yang terbatas. Klasifikasi inipun bersifat non
ekhaustik, sebab masih banyak bahasa- bahasa di dunia ini yang masih bersifat
tertutup dalam arti belum menerima unsur- unsur luar. Selain itu, klasifikasi
inipun bersifat non unik, sebab ada kemungkinan sebuah bahasa dapat masuk dalam
kelompok tertentu dan dapat pula masuk ke dalam kelompok lainnya lagi. Usaha klasifikasi ini pernah dilakukan oleh Wilhelm Schmidt
(1868- 1954) dalam bukunya Die Sprachfamilien und Sprachenkreise der Ende,
yang dilampiri dengan peta.
3.4.4
Klasifikasi Sosiolinguistik
Klasifikasi sosiolinguistik
dilakukan berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor- faktor yang berlaku
dalam masyarakat, tepatnya berdasarkan status, fungsi, penilaian yang diberikan
masyarakat terhadap bahasa itu. Klasifikasi sosiolinguistik ini pernah
dilakukan oleh William A. Stuart tahun 1962 yang dapat kita baca dalam
artikelnya “ An Outline of Linguistic Typology for Describing Multilingualism”.
Klasifikasi ini dilakukan berdasarkan empat ciri atau kriteria, yaitu :
Historisitas berkenaan
dengan sejarah perkembangan bahasa atau sejarah pemakaian bahasa itu.
Standardisasi berkenaan
dengan statusnya sebagai bahasa baku atau tidak baku atau statusnya dalam
pemakaian formal atau tidak formal,
Vitalitas berkenaan dengan apakah bahasa itu mempunyai penutur
yang menggunakannya dalam kegiatan sehari- hari secara aktif atau tidak,
Homogenesitas berkenaan
dengan apakah leksikon dan tata bahasa dari bahasa itu diturunkan.
Dengan
menggunakan keempat ciri di atas, hasil klasifikasi bisa menjadi ekshaustik
sebab semua bahasa yang ada di dunia dapat dimasukkan ke dalam kelompok- kelompok
tertentu. Tetapi hasil ini tidak unik sebab sebuah bahasa bisa mempunyai status
yang berbeda.
3.5 BAHASA TULIS, DAN SISTEM AKSARA
Bahasa
adalah sebuah sistem bunyi. linguistik melihat bahasa itu adalah bahasa lisan,
bahasa yang diucapkan, bukan yang dituliskan. Namun linguistik sebenarnya juga
tidak menutup diri terhadap bahasa tulis, sebab apapun yang berkenaan dengan
bahasa adalah juga menjadi objek linguistik.linguistik bahasa lisan adalah
primer, sedangkan bahasa tulis adalah sekunder. Dalam bahasa itu belum dikenal
ragam bahasa tulisan, yang ada hanya ragam bahasa lisan.
Bahasa tulis bisa dianggap sebagai
“rekaman” bahasa lisan, sebagai usaha manusia untuk “menyimpan” bahasanya atau
untuk bisa disampaikan kepada orang lain yang berada dalam ruang dan waktu yang
berbeda. Namun, ternyata rekaman bahasa tulis sangat tidak sempurna. Banyak
unsur bahasa lisan, seperti tekanan, intonasi, dan nada yang tidak dapat
direkam secara sempurna dalam bahasa tulis, padahal dalam berbagai bahasa
tertentu tiga unsur itu sangat penting.
Para ahli deawasa ini memperkirakan
tilisan itu berawal dan tumbuh dari gambar-gambar yang terdapat alam gua-gua di
Altamira di Spanyol utara ,dan di beberapa
tempat lain.Gambar-gambar itu dengan bentuknya yang sederhana secara
langsung menyatakan maksud atau konsep yang ingin di sampaikan .
Beberapa
jenis aksara, yaitu aksara piktografis, aksara ideografis, aksara silabis, dan
aksara fonemis. Semua jenis aksara itu tidak ada yang bisa “merekam” bahasa
lisan secara sempurna. Banyak unsur bahasa lisan yang tidak dapat digambarkan
oleh aksara itu dengan tepat dan akurat.. Bahasa- bahasa di dunia ini dewasa
ini lebih umum menggunakan aksara Latin daripada aksara lain. Aksara Latin
adalah aksara yang tidak bersifat silabis.
Ada pendapat umum yang mengatakan
bahwa ejaan yang ideal adalah ejaan yang melambangkan tiap fonem hanya dengan
satu huruf atau sebaliknya setiap huruf hanya dipakai untuk melambangkan satu
fonem.
Komentar
Posting Komentar